Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 14 Februari 2013

Pertemuan Berarti

Posted by Unknown On 18.44 No comments

By Yuslisul
Hari minggu ini Deni bangun pagi-pagi sekali. Dia akan pergi bersepeda.  Itu kegiatan rutin  yang selalu dia lakukan setiap akhir pekan bersama teman sepermainannya. Perjalanan kali ini akan terasa berbeda. Karena Deni dan teman-temannya akan pergi bersepeda ke gunung dekat rumahnya. Deni pernah pergi ke gunung ketika dia masih kecil. Itu pun ditemani keluarganya.
            “Den, ikut ibu ke pasar yuk! Ibu akan belanja banyak hari ini.”
            “Deni akan pergi bersepeda dengan teman-teman, “Bu..,Hari ini akan pergi ke gunung. Deni harus ikut,”kata Deni sembari mengeluarkan sepedanya.
            “Jalannya membahayakan bagi kamu.”
            “Tidak, Ibu. Deni yakin kok, kalau Deni tidak akan apa-apa. Deni akan berdoa dahulu sebelum berangkat. Setelah pulang bersepeda nanti, Deni akan susul ibu ke pasar.”
            “Kenapa harus ke gunung, Den?”tanya ibu masih khawatir.
            Deni menghampiri tempat ibunya duduk dan menjelaskan perihal keinginannya.
            “Kemarin waktu pelajaran IPA Bapak guru cerita tentang lingkungan hidup. Bagaimana menjaga kebersihan di sekitar. Setelah itu Bapak guru memberi tugas individu untuk membuat cerita tentang kisah nyata kita dengan lingkungan. Deni dan teman-teman ingin membuat cerita tentang gunung, Bu.”
            “Ya sudah. Ibu percaya sama kamu, Nak. Hati-hati, ya! Jalannya berkelok-kelok.”
            Deni mengangguk. Diambil dan dicium tangan ibunya dengan mengucapkan salam,”Deni berangkat dulu, Bu. Assalamualaykum.”
            Deni mengayuh sepedanya ke rumah Atok. Mereka janji akan berkumpul di rumah Atok. Tak disangka ternyata Deni yang datangnya paling akhir. Setelah Deni datang mereka memulai perjalanan. Perjalanan di mulai dengan menyusuri lahan persawahan. Di musim penghujan, lahan sawah banyak ditanami padi. Para petani terlihat sibuk dengan aktivitas mereka.
            Perjalanan terasa sangat menyenangkan dengan udara pagi yang masih segar. Setelah beberapa menit akhirnya sampai juga ke lokasi yang dituju. Hari minggu seperti ini banyak orang yang datang ke gunung bersama keluarga untuk bersantai dan berakhir pekan. Tidak hanya itu, ada sebuah perkumpulan di sebuah tempat dengan membentuk lingkaran. Deni meletakkan sepeda di dekat sepeda teman-temannya dan menghampiri perkumpulan tersebut.
            “Deni, kamu mau kemana?”panggil Sardi.
            “Kita kesana yuk!”teriak Deni yang sudah berjalan menghampiri perkumpulan tersebut.
            “Hey, kita kesini bukan buat main-main,”teriak Atok dari kejauhan. Tapi Deni tak menghiraukan ucapannya.
            “Den, ngapain kita disini?”
            “Dengerin dulu. Kayaknya bakalan seru loh.”
            “Disini nggak ada anak kecil seumuran kita. Ayo kita pergi aja,”ajak Atok.
            “Iya, ini obrolannya orang dewasa. Kita anak kecil tahu apa,”celetuk Yusuf mendukung ajakan Atok.
            Tak disangka ternyata gaduh suara berisik anak-anak tadi didengar oleh anggota perkumpulan.
            “Ada apa itu rebut-ribut?”
            Seorang pria jangkung berdiri dari duduknya dan ikut melihat ke arah sumber suara.
            “Deni, Atok, Yusuf, Badrus, Gilang. Kalian ada disini?”
            “Lho, Pak Jujun juga ada disini.”
            “Sebentar, Pak. Biar saya yang urus mereka saja. Mereka anak-anak saya.”
            “Silahkan!”
            Pak Jujun menghampiri tempat kami duduk dan bersalaman.
            “Kok Bapak ada disini?”
            “Iya, Bapak menjadi pengurus perkumpulan ini. Kalian kenapa kesini? Siapa ini?”kata Pak Jujun sambil menunjuk Sardi.
            “Itu Sardi, Pak. Teman kami.”
            “Namanya Sardi. Kamu sekolah dimana?”
            “Saya sudah tidak bersekolah Pak.”
            “Lho, kenapa begitu?”
            “Ibu saya tidak punya uang untuk menyekolahkan saya.”
            “Kamu masih ingin sekolah?”
            “Masih, Pak.”
            “Begini saja. Kamu ikut saya. Saya punya komunitas anak-anak untuk belajar membaca dan menulis serta mengembangkan pengetahuan. Kamu bisa datang ke tempat saya.”
            “Saya mau, Pak. Saya mau.”
            Pak Jujun tersenyum. Lalu, kalian sendiri ada apa kesini?”
            “Kami ingin mengerjakan tugas yang Bapak berikan lusa kemarin.”
            “Tentang lingkungan ya?”
            Kami mengangguk.
            “Baiklah, kalian tidak rugi berada disini. Perkumpulan ini membahas masalah lingkungan. Dengarkan dengan cermat. Kalau kalian ingin bertanya sampaikaN. Bapak ke depan dulu ya. Ada yang perlu dipersiapkan.”
            Anak-anak tersebut mengangguk. Mereka mendengarkan dengan cermat. Tak disangka ternyata Pak Jujun ikut membantu perkumpulan yang membahas Lingkungan hidup. Beliau juga punya komunitas anak-anak. Sardi berminat untuk bergabung dengan komunias tersebut. Beliau merupakan guru teladan karena mengembangkan ilmunya dalam bidang Lingkungan hidup. Sejalur dengan bidang yang diajarkannya yakni Ilmu Pengetahuan Alam. Belajar memang tidak harus berada di sekolah. Alam pun mengajak kita untuk belajar bersama. 

0 komentar:

Posting Komentar

Site search