Judul film : Taare Zameen Par
Genre : Drama Edukasi
Productions : Aamir Khan
Pemeran : Darsheel Safary, Aamir Khan, Tanay
Cheda, Sachet Engineer, Tisca Chopra, Vipin Sharma
Peresensi
: Lutfi Khusniati*
Membaca merupakan samudra ilmu. Semuanya tak
berarti tanpa pengorbanan seorang guru yang tak kenal lelah mengajarkan anak
didiknya. Setiap anak memiliki tahapan proses yang berbeda dalam menyerap ilmu
yang diperoleh. Mereka memiliki imajinasi dan kemampuan intelegensi yang
berbeda, sebagaimana yang digambarkan
oleh film Taare Zameen Par bahwa setiap anak itu spesial.
Film Taare Zameen Par bercerita
tentang seorang anak kelas 3 setingkat SD yang bernama Ishaan Nandkishore
Awasthi. Seperti
anak-anak seusianya, Ishaan sangat suka bermain. Namun tidak seperti anak-anak
seusianya yang lain, Ishaan tergolong anak yang susah belajar, dianggap bodoh
dan nakal. Tidak heran karena ia tidak pernah mengerakan Pekerjaan Rumah (PR),
nilai ulangannya selalu di bawah rata-rata, ia juga kesulitan untuk membaca dan
menangkap perintah dan kata-kata orang lain, setiap kata-kata dan
tulisan yang dilihatnya seolah-olah tulisannya itu seperti menari-nari. Sebenarnya Ibunya, Maya Awasthi
sering membantunya belajar. Dengan kesabaraannya ia membantu Ishaan mengulang
pelajarannya, namun pada akhirnya Ibunya lelah karena lagi-lagi Ishaan salah
dalam menulis. Ia selalu saja salah dalam menulis kata-kata. Misalnya seharunya
ditulis table ia menulisnya dengan tabl kemudian ia menulisnya dengan tabel.
Dan masih banyak kata-kata lain yang susah dimengerti. Selain itu ia juga
kesulitan untuk mencerna perintah dari guru. Misalnya instruksi untuk membuka
halaman 38, bab 4 paragraf 3, dia kesulitan untuk melakukannya. Namun dari
kekurangan yang dimiliki, dia juga mempunyai kelebihan. Dia sangat pandai dan
suka melukis.
Ishaan sangat berbeda dengan kakaknya, Yohan
Awasthi. Yohan sangat cerdas di semua mata pelajaran termasuk olahraga yaitu
tenis. Selama sekolah Ishaan juga menjadi bahan ejekan temen-temenya.
Bahkan gurunya pun juga sering memarahinya karena dia mempunyai kekurangan
tersebut. Mengetahui kondisi tersebut Ayahnya, Nandkishore Awasthi mendaftarkannya untuk mengikuti program asrama.
Di asrama pun tidak ada perubahan
yang berarti. Justru keadaan Ishaan yang semakin terpuruk. Selain ia tidak mau
sekolah di asrama, guru-guru di asrama tersebut lebih galak dibandingkan
sekolah sebelumnya. Ishaan masih sering menerima hukuman keluar kelas, nilainya
masih di bawah rata-rata. Bahkan ia juga mengalami hukuman dipukul menggunakan
penggaris oleh guru mata pelajaan Seni yang bernama Holkar. Ishaan sebenarnya
telah berusaha, tetapi semakin ia berusaha semakin bingung. Ia merasa tulisan
yang ia baca bergerak-gerak sehingga ia tidak bisa membaca. Tekanan dari guru
dan ejekan dari teman-temannya semakin menekannya. Bahkan membuatnya tidak mau
menggambar lagi.
Kemudian datang seorang guru kesenian pengganti sementara yang
bernama Ram Shankar Nikumbh (Aamir Khan). Guru baru ini mempunyai cara mendidik
yang baru, tidak seperti guru lain yang mengikuti norma yang ada dalam mendidik
anak-anak, Ram membuat mereka berpikir keluar dari buku-buku dan imajinasi
mereka. Setiap anak di kelasnya merespon dengan antusias yang besar kecuali Ishaan.
Ram kemudian berusaha untuk memahami Ishaan dan masalah-masalahnya. Ram
menyadari bahwa Ishaan menderita penyakit penderitaan anak diseleksia, sebuah kesulitan dalam membaca,
menulis dan menghitung. Ram menyadari kondisi Ishaan karena dulunya ia pun mengalami
gejala disleksia. Padahal, sebenarnya seseorang yang mengalami disleksia
memiliki kemampuan intelegensi yang tinggi. Jika tak diasah dengan kesabaran
dan keterampilan dalam mendidik, maka sang anak akan terus terjerat dalam
ketidaktahuan dalam membaca dan menulis. Dia memberikan contoh profil tokoh yang mengalami disleksia
seperti Albert Einsten, Leonardo da Vinci, Pablo Picasso, Muhammad Ali, Walt
Disney, Thomas Alfa Edison dan masih banyak lagi lainnya. Ia mecontohkan
tokoh-tokoh dunia yang mengalami disleksia sehingga melejitkan semangat Ishaan
dalam belajar. Dengan waktu, kesabaran dan
perawatan Ram berhasil dalam mendorong tingkat kepercayaan Ishaan. Dia membantu
Ishaan dalam mengatasi masalah pelajarannya dan kembali menemukan kepercayaan
yang hilang. Ia
mampu mengajak anak didiknya itu memahami dan menyeberangi lautan ilmu dengan
proses yang menyenangkan.
Ram pulalah yang menyadarkan orang
tua Ishaan bahwa anaknya mengalami disleksia. Setelah menemui orang tua Ishaan,
Ram kemudian memohon kepada Kepala Sekolah (asrama) agar Ishaan diberikan
kemudahan dan tidak dikeluarkan. Dimana ia nantinya yang akan membantu Ishaan
agar dapat membaca dan juga menulis. Kemudian untuk meningkatkan kepercayaan
diri Ishaan dan memperlihatkan kelebihan Ishaan dalam melukis, Ram mengadakan
lomba melukis bagi guru dan murid di asrama tersebut.
Ishaan keluar sebagai pemenang.
Hasil lukisannya dan juga lukisan Nikumbh dipakai sebagai sampul buku tahunan
sekolah tersebut. Selain itu di akhir sekolah, nilai-nilai Ishaan pun tidak
lagi di bawah rata-rata. Ia sudah mampu bersaing dengan teman-temannya.
*)adalah
mahasiswi asal Kediri Jurusan Ushuluddin STAIN Tulungagung.